Search for collections on Repository Universitas Maritim Raja Ali Haji

IDENTIFIKASI, REPRODUKSI DAN KARAKTERISASI PROFIL PROTEIN Siput Gonggong-Ikon Kota Tanjungpinang

Muzahar, Muzahar and Lily, Viruly (2022) IDENTIFIKASI, REPRODUKSI DAN KARAKTERISASI PROFIL PROTEIN Siput Gonggong-Ikon Kota Tanjungpinang. UMRAH Press, Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. ISBN 978-602-5603-59-4 (Unpublished)

[img] Text
buku IDENTIFIKASI REPRODUKSI GONGGONG.pdf

Download (3MB)
Official URL: http://lib.umrah.ac.id

Abstract

Salah satu jenis biota laut ekonomis tinggi dari sub kelas Prosobrancia (satu sub kelas dengan abalon) di Kepulauan Riau tetapi belum banyak dikenal dan dimanfaatkan adalah siput laut gonggong (Laevistrombus sp.) atau dikenal dengan nama populer “gonggong”. Harga satu ekor gonggong rebus adalah Rp 2000/ekor dan gonggong hidup berukuran 27-32 ekor per kilogram adalah Rp 35.000.- Menurut Viruly (2019) dan Muzahar (2019) gonggong merupakan sejenis moluska laut dari kelas Gastropoda, famili Strombidae yang banyak hidup di sepanjang pantai di Kepulauan Riau, diantaranya di laut dangkal Pulau Bintan, Pulau Dompak, Pulau Penyengat dan Pulau Lingga. Menurut informasi nelayan di Pulau Bintan bahwa hasil tangkap gonggong beberapa tahun lalu cukup banyak, sekitar 100-300 ekor/nelayan/hari, terutama pada bulan Mei sampai Oktober diperkirakan dapat mencapai 350–400 ekor/nelayan/hari1). Hal ini mengindikasikan bahwa gonggong tersedia sepanjang tahun di Kepulauan Riau, sehingga gonggong menjadi “Icon” Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau (Viruly, 2019). Fakta tingginya angka penangkapan gonggong di Pulau Bintan ini menjadi ancaman terhadap penurunan populasi gonggong. Selain itu, dewasa ini daerah pesisir di Pulau Bintan banyak dijadikan tempat pemukiman atau desa nelayan di atas laut, daerah pariwisata dan pertambangan bauksit, sehingga membuat daerah pesisir menjadi tempat pembuangan limbah rumah tangga. Hal ini sangat mempengaruhi habitat gonggong yang dapat menurunkan mutu lingkungan/habitat gonggong. Penurunan mutu lingkungan ini juga disebabkan karena banyaknya lahan bekas galian bauksit terlantar yang letaknya berdekatan dengan habitat gonggong. Saat ini, permintaan akan gonggong semakin hari semakin tinggi. Gonggong semakin dieksploitasi, sehingga stoknya di alam diduga kuat menurun. 1) Hasil wawancara dengan para nelayan di Desa Madong, Pulau Bintan, Agustus 2019 (Viruly, 2019)2 Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan rata-rata gonggong di perairan Madong-Tanjungpinang (Pulau Bintan) relatif rendah, yaitu 2 ekor/m² (Anwar et al (2014) dan sekitar 1 ekor/m² (400-507 ekor/ha) (Ricky et al. 2016). Data ini juga didukung oleh hasil wawancara dengan beberapa nelayan gonggong di Pulau Bintan yang mengeluhkan turunnya jumlah dan ukuran gonggong yang ditangkap dalam beberapa tahun belakangan ini (Viruly, 2019). Informasi ini menunjukkan bahwa diduga kuat telah terjadi over exploitation terhadap gonggong di Pulau Bintan, Kepri. Gonggong dapat punah sebagaimana terjadi pada siput ratu (Strombus gigas) di beberapa wilayah di Karibia, Amerika (Cala et al. 2013). Di Johor, Malaysia juga telah terjadi over exploitation terhadap gonggong (Cob et al. 2008). Sampai saat ini budidaya dan pelestarian gonggong di Kepri belum dilakukan. Upaya budidaya gonggong terkendala pada terbatasnya data dan informasi tentang reproduksi siput laut ini. Hal ini juga didukung oleh adanya ketidakpastian taksonomi dan penamaan ilmiah pada gonggong yang hidup di perairan Tanjungpinang (Pulau Bintan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua nama ilmiah gonggong Bintan yang telah dipublikasikan, yaitu (1) Strombus canarium (Amini 1986; Erlambang dan Siregar 1995; Nasution 2011) dan (2) Laevistrombus turturella (Arianti et al. 2013). Semua peneliti di atas tidak menjelaskan dasar pemakaian nama ilmiah tersebut secara pasti. Selain itu, banyak peneliti gonggong yang mengeluarkan pernyataan yang tidak didukung dengan data yang pasti. Fakta diatas mendorong penulis untuk menjelaskan identifikasi spesies gonggong secara pasti dan mendalam yaitu identifikasi gonggong berdasarkan morfologi dan molekuler sebelum gonggong punah dan dimanfaatkan lebih banyak lagi dalam kehidupan. Penulis juga menjelaskan teknik reproduksi dan pemijahan gonggong yang sangat penting sebagai informasi dalam budidaya gonggong di masa mendatang. Kajian ilmiah pemanfaatan gonggong ini juga masih sangat sedikit dan terbatas, padahal gonggong termasuk hewan purba (Viruly, 2019). Beberapa penelitian pengolahan gonggong yang pernah dilakukan diantaranya: Komposisi nilai gizi oleh Amini (1986), dilanjutkan oleh Viruly (2011), kemudian Muzahar dan Viruly (2013). Kadar protein gonggong dari beberapa penelitian ini menunjukkan bahwa gonggong memiliki kadar protein sangat tinggi (19,77%3 b/b), lebih tinggi daripada kadar protein pada tiram (9,47%). Potensi gonggong sebagai seasoning / penyedap rasa alami yang kaya akan asam amino glutamat (8,19 mg/g) diteliti oleh Viruly pada tahun 2011. Meskipun gonggong mengandung kadar protein tinggi, tetapi kadar lemak dan kolesterolnya sangat rendah (Viruly, 2020). Tahun 2019, gonggong diteliti sebagai siput sakti yang dapat membunuh bakteri Gram positif dan Gram negatif yaitu bakteri S. aureus dan E. coli karena mengandung peptida antimikroba (AMPs), yang kaya akan asam amino hidrofobik dan asam amino bermuatan positif, sehingga pada masa mendatang dapat dijadikan salah satu sumber antibiotik alami dari biota laut. Menurut Satheeshkumar et al. (2010) lebih dari 100 paten dalam bidang pharmaceutical berasal dari siput laut. Berdasarkan informasi ini maka gonggong berpeluang untuk dimanfaatkan, diteliti dan berpotensi besar sebagai salah satu sumber obat (pharmaceutical), kosmetik alami dan nutraceutical, sehingga perlu memahami karakterisasi protein pada gonggong secara komprehensif yang dapat dijadikan data dalam pengembangan berbagai produk inovasi berbasis protein gonggong.

Item Type: Book
Subjects: 500. Ilmu-ilmu Alam dan Matematika > 570. Biologi
500. Ilmu-ilmu Alam dan Matematika > 590. Animals (Ilmu Hewan-hewan, Ilmu Binatang-binatang)
Divisions: Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan > Program Studi Budidaya Perairan
Depositing User: admin fikp
Date Deposited: 23 May 2022 06:44
Last Modified: 02 Jun 2022 03:04
URI: http://repositori.umrah.ac.id/id/eprint/2804

Actions (login required)

View Item View Item